Masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) merupakan agenda rutin tiap tahun sekolah SMP Katolik Santo Vincentius guna memperkenalkan beragam hal yang berkaitan dengan sekolah baik dari warga sekolah, sumber daya sekolah, aktivitas sekolah, dan pengenalan serta pembiasaan kebudayaan sekolah. Kegiatan MPLS di harapkan mampu membuat peserta didik baru beradaptasi dan mengenal lingkungan serta keluarga baru yang ada di sekolah, peserta didik juga dapat menumbuhkan lantas mengembangkan minat bakatnya dengan harapan produk akhirnya yakni tumbuhnya perilaku positif peserta didik baru. Kegiatan MPLS SMP Katolik St Vincentius berlangsung selama tiga hari terhitung sejak hari Senin, 15 Juli 2024 – Rabu, 17 Juli 2024 dengan diikuti peserta didik baru sejumlah 125 siswa/i. Selaras dengan upaya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, positif, aman lagi nyaman, serta bebas dari kekerasan maka MPLS tahun ini dikemas sedemikian rupa guna mencapai hal-hal tersebut.
Hari pertama peserta didik baru mengikuti rangkaian acara dengan permulaan pembiasaan positif yakni doa pagi bersama. Selepas doa pagi bersama, peserta didik baru beserta seluruh warga sekolah mengikuti kegiatan upaca bendera yang rangkaian acaranya secara umum terdapat bagian pengenalan guru dan karyawan terhadap peserta didik baru serta penyematan simbolis MPLS. Rangkaian acara selepas upacara yang diberikan di hari pertama MPLS antaranya wawasan wiyata mandala, penjelasan struktur organisasi program unggulan dan tata kelola sekolah, dan pengenalan lingkungan belajar inklusif. Materi wawasan wiyata mandala dikemas begitu baik dengan pemaparan materi kemudian dilanjut dengan mengajak peserta didik baru berkeliling ke seluruh tempat di lingkungan sekolah. Program unggulan sekolah diperkenalkan dengan gamblang mulai dari sumber daya pengajar yang mumpuni, media pembelajaran, sarana & prasarana, ekstrakulikuler, dan lain sebagainya. Melalui MPLS ini peserta didik baru diperkenalkan dengan lingkungan belajar inklusif yang bermakna ‘‘tanpa diskriminasi dan pengecualian“ dimana sekolah SMPK St Vincentius tidak membedakan murid dan memberikan kesetaraan pada seluruh murid. Melalui materi pembelajaran inklusif juga diajarkan untuk meninggalkan karakter buruk peserta didik baru semasa SD utamanya pada karakter bullying. Peserta didik baru diajarkan dan dicontohkan bagaimana sikap yang benar dan membuang jauh karakter bullying. Berkenaan dengan materi tersebut SMPK St Vincentius melangitkan karakter siswa anti bullying dan menjadi sarana guru dan siswa guna menempa karakter positif.
Keasyikan MPLS terus berlanjut hingga hari kedua. Peserta didik diajak bersama untuk menonton film di aula sekolah. Film yang disajikan berisi banyak makna yakni menampilkan perundungan yang tak sepantasnya ada di lingkungan sekitar. Selepas melihat film bersama, penguatan karakter anti bullying dilanjutkan dengan menjalankan permainan ‘‘Mitos atau Fakta“ dimana peserta didik baru disajikan satu-persatu cuplikan kasus dan diminta untuk menebak kasus tersebut apakah termasuk mitos atau fakta, melalui guru lantas meluruskan jawaban peserta didik agar tidak terjadi miskonsepsi. Keseruan belum berhenti sampai disitu, acara semakin meriah dengan dilanjutkan ice breaking yang mengundang gelak tawa tiap siswa. Aktivitas selanjutnya yang menjadi pondasi pembentukan karakter anti bullying ialah aktivitas pengembangan komitmen dan harapan dimana seluruh peserta didik baru diberikan kertas dan satu karton guna dituliskan harapan serta komitmen tiap gugus. Kegiatan tersebut bertujuan memancing tiap siswa untuk menjadi agent anti bullying dengan memberikan tulisan-tulisan anti bullying. Selanjutnya tiap gugus dibentuk sikap berani berpendapat dengan mempresentasikan pohon harapan dan komitmen mereka yang telah dibuat secara berkelompok. Pohon harapan dan komitmen lantas ditempelkan di mading kelas agar selalu mengingatkan peserta didik baru akan komitmen dan harapan mereka yang sudah diukir bersama. Hari ketiga MPLS dilakukan penguatan pembentukan karakter anti bullying melalui kegiatan pembuatan poster pencegahan kekerasan di sekolah. Setiap peserta didik baru membuat poster sekreatif-kreatifnya. Poster selanjutnya difoto dan diposting di media sosial mereka sebagai bentuk kampanye kegiatan anti bullying, mengajak masyarakat khususnya warganet untuk mencegah dan meninggalkan karakter bullying. Kegiatan selanjutnya peserta didik baru diajak bersenang-senang dengan rangkaian outbond. Melalui outbond tersebut dibentuk pula karakter kerjasama tim, saling percaya, kekompakan, dan l